PEMBELAJARAN BERARTI UNTUK TIMNAS INDONESIA

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/12/29/2305035620X310.jpgDIKUTIP.COM Indonesia tidak perlu malu belajar atas sukses Malaysia menjuarai Piala AFF 2010. Meski menang 2-1 pada final kedua di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (29/12/2010), Indonesia gagal menjadi juara. Sukses Malaysia tidak lepas dari keseriusan mereka pada pembinaan usia muda.

Disaksikan sekitar 95.000 penonton, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia tertinggal 0-1 menit ke-54 oleh striker Safee Sali. Bek Muhammad Nasuha menyamakan 1-1, menit ke-72, dan Mohammad Ridwan memenangkan Indonesia 2-1, dua menit menjelang laga bubar. Kapten Firman Utina gagal mengeksekusi penalti pada menit ke-19.
Sebelum berangkat menonton pertandingan, Presiden sempat memberikan keterangan pers. Ia mengharapkan tim nasional Indonesia bermain sebaik-baiknya tanpa beban dalam pertandingan final kedua ini. ”Tidak perlu ada beban apa pun, kami semua tetap bangga kepada tim nasional kita, meskipun kemarin di Kuala Lumpur belum berhasil, tetapi tetaplah bermain dengan baik,” ujarnya.
Meski gagal juara, suporter Indonesia yang menguasai stadion dengan atribut merah tidak kecewa kepada pemain. Mereka tetap mengelu-elukan Firman Utina dan kawan-kawan, terutama setelah mendengar Firman dinobatkan sebagai Pemain Terbaik.
Kekecewaan atas kegagalan Indonesia meraih Piala AFF 2010 terpancar jelas dari wajah-wajah para pemain, jajaran manajer, dan pengurus PSSI.
Raut wajah mengungkap sejuta rasa meskipun kebisuan mengunci para pemain saat berjalan menyusuri lorong penghubung antara lapangan dan ruang ganti. Pemain berjalan lesu dengan wajah murung menuju ruang ganti.
Firman, yang biasanya ramah, wajahnya terlihat tegang. Ia hanya menunjuk dengan telunjuk tangan kanannya ke arah press room.
Bambang Pamungkas yang bermain bagus di babak kedua juga dengan singkat mengatakan, ”Nanti saja ya.” Pemain lainnya tidak ada yang menjawab pertanyaan jurnalis dan berjalan langsung ke ruang ganti.
Manajer Timnas Andi Darussalam Tabussala, yang biasanya ceria dan sering melontarkan guyonan kepada wartawan, berjalan lesu. Wajahnya terlihat gundah. Senyum tipisnya membalas sapaan wartawan, tetapi tak mampu menutupi kekecewaan.
Sekitar 15 menit kemudian, drama lain terjadi di pintu keluar ruang ganti pemain. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid diteriaki para suporter yang menunggu pemain untuk minta tanda tangan. Anggota rombongan Nurdin terpancing emosinya dan membalas teriakan para suporter itu. Ketegangan sesaat itu baru mencair setelah petugas keamanan meminta rombongan Nurdin berjalan keluar melalui lorong samping.
”Ketua umum sudah berusaha maksimal, segala daya dan upaya sudah dilakukan,” ujar Nurdin yang menolak mundur. ”Apa urusannya dengan ketua umum. Nurdin Halid tidak akan pernah mengundurkan diri. Catat itu besar-besar.”
Dalam jumpa pers sebelumnya, Presiden menyatakan telah mencermati banyak saran dan kritik disampaikan masyarakat soal PSSI. Ia mengharapkan PSSI juga mendengarkan saran dan kritik masyarakat itu. ”PSSI saya harapkan juga mendengarkan saran, kritik, rekomendasi dari rakyat Indonesia yang sangat mencintai tim nasionalnya,” ujar Presiden.
Riedl evaluasi pemain
Dalam jumpa pers seusai laga, Pelatih Indonesia Alfred Riedl ditanya soal masa depan tim Indonesia, tetapi ia tidak secara tegas menjawabnya. Ia menyatakan bakal melakukan evaluasi terhadap skuadnya.
Riedl menambahkan, timnya bermain sangat bagus, tetapi kurang beruntung. ”Kami ucapkan selamat kepada Malaysia, tetapi kali ini tim terbaik tidak menjadi juara,” kata Riedl yang juga mengucapkan terima kasih kepada dukungan suporter yang luar biasa.
Menurut Riedl, kegagalan Indonesia merebut juara sudah dipastikan pada laga pertama di Kuala Lumpur. ”Kami kalah di Kuala Lumpur, dalam 15 menit yang kacau,” ujarnya.
”Itu adalah permainan terbaik kami sepanjang turnamen. Kami memiliki banyak peluang, tetapi kurang beruntung. Pada babak kedua, tim memperlihatkan karakternya untuk bangkit, saya berterima kasih pada pemain,” katanya.
Soal penalti yang gagal, Riedl tidak mau menyalahkan Firman Utina. Firman mengatakan, kegagalannya menendang penalti bukan karena tekanan. ”Itulah sepak bola, malam ini saya gagal. Saya memang ditugaskan oleh pelatih untuk mengambil penalti, kalau bukan saya siapa lagi,” kata Firman.
Bambang Pamungkas menambahkan, pertandingan final kedua sangat luar biasa dan Indonesia hanya kurang beruntung. ”Kita tidak kalah, kita menang, tetapi tidak juara,” ujar Bambang.